Jakarta: Kesehatan merupakan salah satu indikator utama yang bisa menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia berkelanjutan di masa-masa mendatang. Hal itu penting mengingat pandemi covid-19 yang terjadi sebelumnya mampu melumpuhkan perekonomian sehingga aspek kesehatan harus menjadi perhatian utama, terutama mengembangkan dari sisi teknologi.
Berangkat dari hal itu, Elixir Medical, perusahaan pengembang teknologi dalam bidang kardiovaskular, mengumumkan rencana pemaparan hasil uji coba acak terkontrol atau Randomized Controlled Trial (RCT) BIOADAPTOR RCT, sebuah studi international, multicenter, single-blind yang melibatkan 445 pasien yang akan dipresentasikan pada konferensi EuroPCR di Paris.
Data tersebut membandingkan Coronary Bioadaptor Scaffold dalam tes acak skala 1:1 dengan Resolute Onyx, sebuah produk Stent Penyalut Obat atau Drug Eluting Stent (DES) konvensional terdepan di dunia.
“Kemajuan teknologi DES yang berkembang secara bertahap selama 20 tahun terakhir menunjukkan dampak yang berarti hanya pada tahun pertamanya,” kata CEO Elixir Medical Motasim Sirhan, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 12 Mei 2023.
Ia menyatakan pihaknya terus melihat tingkat efek samping berupa penyempitan ulang dan sindrom koroner akut sekitar 2-3 persen per tahun yang disebabkan pengungkungan permanen pembuluh darah. Sementara itu, teknologi Bioresorbable Scaffold (BRS) yang dulu menjanjikan.
“Tidak dapat menunjukkan pemulihan fungsi atau memberikan manfaat lebih dibandingkan dengan Stent DES konvensional berdasarkan uji coba acak,” tuturnya.
Tantangan perekonomian 2023
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, akan menghadapi tantangan perekonomian 2023 dengan optimistis namun waspada. Pemerintah yakin perekonomian Indonesia akan mampu bergerak semakin cepat di 2023, sebagaimana mampu menghadapi pandemi dan turbulensi di 2022.
“Optimistis karena pencapaian kita luar biasa di 2022. Kita harus tetap menjaga momentum pemulihan,” ungkap Menkeu.
Optimisme pemulihan ekonomi didukung dengan arsitektur APBN 2023 yang telah disiapkan sebagai motor penggerak pemulihan. Di antaranya, dengan merancang belanja negara yang diharapkan mampu menjaga Indonesia dari guncangan perekonomian global.
Menkeu mengatakan belanja ketahanan pangan dirancang Rp104,2 triliun untuk menjaga pertahanan dan stabilitas pangan. Belanja sektor perlindungan sosial Rp476 triliun setara dengan yang dibelanjakan untuk 2022 untuk melindungi masyarakat.
Sementara itu untuk menjaga ketahanan energi, pemerintah menganggarkan Rp341 triliun untuk menjaga agar guncangan yang terjadi di sektor energi dapat ditekan sehingga produksi energi dan ketahanan energi berjalan.
Di sisi lain, masih kata Menkeu, infrastruktur dirancang Rp392 triliun. Sedangkan belanja untuk kesehatan non-covid direncanakan Rp178 triliun, dan anggaran pendidikan tetap terjaga di Rp612 triliun.
“Itu lah belanja-belanja yang penting di 2023 yang sangat diharapkan bisa menjaga ekonomi Indonesia dari ancaman guncangan-guncangan yang terjadi di sisi global. Baik karena kenaikan harga, inflasi, maupun pelemahan ekonomi dari negara-negara lain,” pungkas Menkeu.