Logo JagaJantung Indonesia berbentuk stent jantung yang terlihat dari atas
Dokter memperlihatkan stent jantung yang akan berdampak pada harapan hidup pasca pemasangan stent

Harapan Hidup Pasca Pemasangan Stent Jantung

Berdasarkan Riset Kesehatan Nasional per tahun 2021, angka kematian penyakit jantung koroner berada di angka 14,8% dan masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.

Pemasangan stent jantung pun umum menjadi tindakan yang direkomendasikan untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah. 

Selain prosedurnya yang minimal invasif dan hasil yang instan, pemasangan stent jantung diharapkan dapat menunjang keberlangsungan hidup pasien.

Namun, mewujudkan harapan hidup pasca pemasangan stent jantung perlu dikombinasikan dengan mengontrol faktor risiko lainnya berdasarkan rekomendasi dari dokter.

Faktor penunjang harapan hidup meliputi gaya hidup sehat, kedisiplinan mengkonsumsi obat, tingkat keparahan kasus, penyakit penyerta hingga fitur dari stent jantung itu sendiri

Faktor keberhasilan harapan hidup pasca pemasangan stent jantung

1. Gaya hidup sehat & disiplin mengkonsumsi obat

Mengontrol pola makan, disiplin mengkonsumsi obat dan rutin berolahraga adalah komponen paling penting yang harus dijaga jika Anda ingin memelihara keberlangsungan hidup pasca pemasangan stent jantung. 

Stent jantung membuka penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga penting bagi pasien untuk memilih gaya hidup yang tidak menyebabkan restenosis atau penyumbatan kembali pada pembuluh darah. 

Jalani diet sehat atas rekomendasi dokter dan patuhi cara pemakaian obat serta mulai aktif berolahraga secara berkala.

2. Tingkat keparahan kasus

Tingkat keparahan penyakit jantung koroner sebelum pemasangan stent jantung juga berpengaruh pada harapan hidup pasien.

• Pasien dengan penyakit jantung koroner ringan hingga sedang

Dari penelitian selama 10 tahun yang diterbitkan National Library of Medicine, pemasangan stent pada pasien dengan penyakit jantung koroner ringan hingga sedang menunjukkan hasil yang positif. 

Studi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup lima tahun mencapai 90% atau lebih, dengan kualitas hidup yang meningkat signifikan. Pasien dapat kembali beraktivitas normal dan menikmati hidup yang lebih panjang dan sehat.

• Pasien dengan penyakit jantung koroner berat

Masih dari penelitian yang sama, pasien dengan penyakit jantung koroner berat terutama dengan kerusakan otot jantung yang signifikan, pemasangan stent mungkin tidak memberikan hasil jangka panjang yang optimal. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun pada kelompok ini bisa lebih rendah, sekitar 60-70%.

Penting untuk diingat kembali bahwa harapan hidup pasca pemasangan stent, terlepas dari tingkat parahnya kasus penyakit jantung koroner, perlu dikombinasikan dengan gaya hidup sehat.

3. Usia & penyakit penyerta medis

Selain tingkat keparahan penyakit jantung koroner, beberapa faktor risiko dan penyakit penyerta dapat mempengaruhi harapan hidup pasien pasca pemasangan stent jantung. Berikut beberapa di antaranya:

• Usia

Kemampuan fungsi organ dan risiko komplikasi sangat berhubungan dengan umur pasien. Dengan kata lain, semakin berumur usia pasien, semakin rendah harapan hidup pasca pemasangan stent jantung. 

Pasien yang lebih muda terutama yang belum pernah mengalami serangan jantung, cenderung memiliki jantung yang lebih kuat meskipun sudah ada riwayat penyempitan pembuluh darah dan pemasangan stent.

Sementara itu, pasien yang berumur lebih senior, misalnya 70-80 tahunan, dan memiliki riwayat jantung lemah akibat beberapa serangan jantung sebelumnya, tentu harapan hidupnya akan lebih pendek meskipun pasca pemasangan stent.

Namun, bukan berarti stent tidak perlu dipasang karena tujuan utama dari pemasangan stent adalah membuat pasien merasa lebih baik dengan membuka kembali aliran darah mereka. 

Bahkan jika ada penyakit penyerta lainnya yang serius, pemasangan stent dapat meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan.

• Penyakit Penyerta: Diabetes

Diabetes dapat memperburuk kondisi pembuluh darah setelah pasien menjalani prosedur pemasangan stent. 

Pada penderita diabetes, tubuh cenderung mengalami peradangan dan kerusakan pada dinding pembuluh darah yang lebih parah, sehingga mempercepat penumpukan jaringan parut dan plak di area yang telah dipasang stent. 

Hal ini meningkatkan risiko penyempitan kembali pembuluh darah (restenosis). Karena masalah ini, penderita diabetes lebih sering memerlukan prosedur medis ulang, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi dan mempengaruhi harapan hidup mereka setelah pemasangan stent.

• Penyakit Penyerta: Hipertensi

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, menyebabkan dinding pembuluh darah mengalami tekanan berlebih yang dapat mempercepat kerusakan dan peradangan pada dinding pembuluh darah. 

Sehingga, meskipun pasien sudah menjalani pemasangan stent, hipertensi yang tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi pembuluh darah, meningkatkan kemungkinan penyempitan kembali pembuluh darah (restenosis) dan memperpendek harapan hidup pasca pemasangan stent. 

Pasien wajib mengelola tekanan darah dengan mengadopsi diet khusus untuk hipertensi, olahraga teratur dan mengontrol berat badan, sekaligus mematuhi instruksi pengobatan untuk mencegah komplikasi.

• Penyakit Penyerta: Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia, atau kadar kolesterol tinggi dalam darah, menyebabkan penumpukan plak pada dinding pembuluh darah dan risiko penyempitan kembali di area yang dipasangi stent. 

Plak bisa menyebabkan peradangan dan kerusakan lebih lanjut pada dinding pembuluh darah. Akibatnya, pasien dengan hiperkolesterolemia sering memerlukan prosedur medis ulang, yang meningkatkan risiko komplikasi dan mempengaruhi harapan hidup mereka setelah pemasangan stent. 

Pasien biasanya akan direkomendasikan obat seperti Statin atau obat penurun kolesterol lainnya untuk mengontrol kadar kolesterol dalam darah.

• Penyakit Penyerta: Penyakit ginjal kronis

Penyakit ginjal kronis (PGK) menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang mengakibatkan penumpukan racun dalam darah, seperti urea dan kreatinin, serta ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. 

Kondisi ini menyebabkan peradangan kronis dan ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan, yang merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat restenosis. 

Selain itu, PGK sering dikaitkan dengan hipertensi dan dislipidemia (kadar lemak darah yang abnormal), yang merupakan faktor risiko utama penyempitan kembali pada pembuluh darah. 

Bahkan, menurut American Heart Association, PGK adalah salah satu prediktor kematian terkuat pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner.

• Merokok

Merokok membuat darah lebih sulit mengalir ke seluruh tubuh. Hal ini terjadi karena bahan kimia yang terdapat dalam rokok, seperti nikotin, mengiritasi pembuluh darah sehingga menyebabkan peradangan dan pengerasan.

Ketika lapisan pembuluh darah meradang, tubuh menumpuk plak di area yang meradang untuk meredakannya. Namun penumpukan plak juga membuat pembuluh darah menyempit,  belum lagi peradangannya dapat berujung pada pengerasan kronis. 

Jika sudah begini, tentu penyumbatan kembali pada pembuluh darah tidak bisa dihindari dan akan memperpendek harapan hidup pasien meskipun sudah dipasangi stent.

4. Kemampuan stent jantung menunjang harapan hidup pasca pemasangan stent

Inovasi dalam teknologi stent jantung, seperti Bioadaptor, memiliki dampak signifikan terhadap harapan hidup pasien pasca pemasangan stent. 

Bioadaptor adalah stent jantung terbaru yang telah terbukti 65% lebih efektif dibandingkan dengan stent berbalut obat konvensional (DES). Hasil ini didapat dari uji klinis selama 24 bulan yang dilakukan di berbagai negara. 

Keunggulan Bioadaptor mencakup persentase kematian kardiovaskular yang mencapai 0%, dibandingkan dengan 1.8% kematian kardiovaskular pada penggunaan stent DES konvensional.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa penggunaan Bioadaptor tidak hanya mengurangi risiko penyempitan kembali pembuluh darah (restenosis) tetapi juga meningkatkan keselamatan pasien dalam jangka panjang. 

Dengan risiko komplikasi yang lebih rendah dan efektivitas yang lebih tinggi dalam menjaga pembuluh darah tetap terbuka, Bioadaptor secara langsung berkontribusi pada peningkatan harapan hidup pasien pasca pemasangan stent, memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas.

Simpulan

Harapan hidup pasca pemasangan stent jantung dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, tingkat keparahan penyakit jantung koroner, dan penyakit penyerta. 

Gaya hidup sehat, disiplin mengonsumsi obat, dan pemantauan kesehatan secara berkala sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup pasien.

Pasien dengan penyakit jantung koroner ringan hingga sedang memiliki harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki kondisi lebih berat. 

Penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, merokok, dan penyakit ginjal kronis juga mempengaruhi hasil jangka panjang.

Inovasi dalam teknologi stent, seperti Bioadaptor, yang terbukti 65% lebih efektif dan memiliki persentase kematian kardiovaskular 0%, juga berperan signifikan dalam meningkatkan harapan hidup pasien. 

Dengan pengelolaan faktor risiko yang efektif dan pemilihan teknologi stent yang tepat, pasien dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik dan harapan hidup yang lebih panjang.

Referensi

van Domburg RT, Foley DP, de Jaegere PP, de Feyter P, van den Brand M, van der Giessen W, Hamburger J, Serruys PW. Long term outcome after coronary stent implantation: a 10 year single centre experience of 1000 patients. Heart. 1999 Oct;82 Suppl 2(Suppl 2):II27-34. doi: 10.1136/hrt.82.2008.ii27. PMID: 10490586; PMCID: PMC1766511.

Mehta, A., Bhatt, K. R., & Turakhia, M. (2021). Long-term outcomes after coronary stent implantation: A meta-analysis of randomized controlled trials. Journal of the American College of Cardiology, 78(23), 2357-2367.

Ielasi, A., Varvaro, G., De Luca, G., & Landoni, G. (2023). Impact of comorbidities on long-term outcomes after percutaneous coronary intervention: A meta-analysis. Journal of the American College of Cardiology, 81(22), 2208-2217.

Zghebi SS, Mamas MA, Ashcroft DM, Rutter MK, VanMarwijk H, Salisbury C, Mallen CD, Chew-Graham CA, Qureshi N, Weng SF, Holt T, Buchan I, Peek N, Giles S, Reeves D, Kontopantelis E. Assessing the severity of cardiovascular disease in 213 088 patients with coronary heart disease: a retrospective cohort study. Open Heart. 2021 Apr;8(1):e001498. doi: 10.1136/openhrt-2020-001498. PMID: 33879507; PMCID: PMC8061853.

Iñiguez, A., & Fuster, V. (2001). Smoking and restenosis after percutaneous coronary interventions. Heart, 86(4), 371-372. https://doi.org/10.1136/heart.86.4.371

Ambrose, J. A., & Barua, R. S. (2004). The pathophysiology of cigarette smoking and cardiovascular disease: An update. Journal of the American College of Cardiology, 43(10), 1731-1737. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2003.12.047

Luscher, T. F., & Creager, M. A. (2003). Vascular protective effects of angiotensin-converting enzyme inhibitors and statins in patients with coronary artery disease and normal cholesterol levels. The American Journal of Medicine, 114(8), 637-642. https://doi.org/10.1016/S0002-9343(03)00114-4

Weber, C., & Noels, H. (2011). Atherosclerosis: Current pathogenesis and therapeutic options. Nature Medicine, 17(11), 1410-1422. https://doi.org/10.1038/nm.2538

Selvin, E., & Parrinello, C. M. (2013). Age-related differences in glycemic control in diabetes. Diabetes Care, 36(10), 3166-3170. https://doi.org/10.2337/dc13-0295

Kornowski, R., Mintz, G. S., Kent, K. M., Pichard, A. D., Satler, L. F., & Popma, J. J. (1998). Increased restenosis in diabetes mellitus after coronary interventions is due to exaggerated intimal hyperplasia. Circulation, 95(6), 1366-1370. https://doi.org/10.1161/01.CIR.95.6.136