Logo JagaJantung Indonesia berbentuk stent jantung yang terlihat dari atas
Penyembuhan Jantung Koroner: Bypass Jantung vs Ring Jantung - Mana yang Lebih Baik?

Penyembuhan Jantung Koroner: Bypass Jantung vs Ring Jantung – Mana yang Lebih Baik?

Jantung adalah organ vital dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Ketika aliran darah ke jantung terganggu, maka hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang memerlukan prosedur penyelamatan jantung, seperti dengan metode prosedur bypass dan pemasangan ring atau stent jantung.

Mengapa Perlu Dilakukan Prosedur Penyelamatan Jantung

Secara prinsip, jantung kita memerlukan suplai darah secara konstan dan terus-menerus. Suplai darah ini dipompa melalui pembuluh darah utama bernama arteri koroner. Seiring waktu, apalagi dengan gaya hidup yang kurang sehat, arteri koroner ini dapat menimbun lemak yang disebut dengan plak. Dalam dunia medis, proses penumpukan plak memiliki istilah atherosclerosis. Orang-orang yang memiliki atherosclerosis seringkali berakhir dengan penyakit jantung koroner (PJK).

Penyakit jantung koroner bisa menyebabkan angina, sebutan untuk rasa nyeri di bagian dada karena kurangnya oksigen di jantung akibat aliran darah yang membawa oksigen terhalang oleh tumpukan plak. Jika angina ini sudah terlampau parah, maka inilah saatnya pasien memerlukan prosedur penyelamatan jantung. Prosedur yang direkomendasikan biasanya bypass jantung atau pemasangan ring jantung.

Prosedur Bypass Jantung

Prosedur bypass, atau disebut juga dengan bypass arteri koroner (coronary artery bypass grafting/CABG) merupakan prosedur bedah penyelamatan jantung yang umum dilakukan pada pasien dengan masalah penyakit jantung koroner.

Dalam prosesnya, metode ini melibatkan pengambilan atau pencakokan pembuluh darah vena dari bagian tubuh lain dan memanfaatkannya sebagai “jalan alternatif” atau bypass untuk mengalirkan darah. Bayangkan pembuluh darah vena atau bypass ini seperti selang. Bagian atas akan dihubungkan ke aorta (arteri besar yang mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh tubuh) dan bagian bawah dihubungkan ke arteri yang tersumbat dengan melangkahi sumbatannya guna memungkinkan darah kembali mengalir dengan baik ke jantung.

Jumlah bypass yang dibuat juga berbeda-beda tergantung seberapa parah kasus atherosclerosis yang dimiliki.

Kelebihan Bypass Jantung

Metode bypass jantung memiliki beberapa kelebihan yang menjadikannya prosedur yang lumrah bagi pasien dengan masalah jantung.

Pertama, bypass jantung merupakan metode bedah yang sudah sering dilakukan berdekade lamanya, menandakan kalau metode ini memang sangat umum untuk dilakukan. Sudah banyak studi pula yang mendukung metode ini sebagai solusi yang bisa diandalkan untuk penyembuhan kasus atherosclerosis.

Kedua, metode bypass sering dijadikan prosedur yang paling tepat bagi kasus atherosclerosis yang terjadi di banyak titik. Apalagi, setelah dilakukan, bypass jantung terbukti menaikkan kemungkinan selamat dengan dampak positif jangka panjang.

Kekurangan Bypass Jantung

Meskipun menjadi salah satu metode yang paling umum digunakan untuk mengobati penyakit jantung, metode ini tidak selalu cocok untuk semua pasien. Beberapa pasien dapat mengalami kemungkinan risiko dari metode bypass jantung, seperti:

  • Risiko komplikasi pasca bedah. Meskipun risiko komplikasi telah menurun selama bertahun-tahun, masih ada kemungkinan pasien mengalami infeksi, pendarahan, atau bahkan stroke setelah menjalani operasi bypass jantung. Pasien yang lebih tua atau memiliki kondisi medis lain, seperti diabetes atau penyakit ginjal, mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi.
  • Penyempitan ulang arteri atau pembentukan plak baru setelah menjalani operasi bypass jantung. Hal ini dapat mengakibatkan pasien mengalami gejala yang sama seperti sebelum menjalani operasi.
  • Memerlukan waktu operasi dan masa pemulihan yang cenderung lebih lama karena prosedurnya merupakan bedah invasif atau operasi besar.

Pasien harus mempertimbangkan risiko dan manfaat dari metode ini dengan dokter yang bersangkutan sebelum memutuskan untuk menjalani operasi.

Bagi pasien yang sekiranya tidak mempertimbangkan bypass jantung, masih ada metode alternatif yang lebih minim invasif dan non-bedah, yaitu ring jantung melalui prosedur percutaneous coronary intervention (PCI)/Intervensi Koroner Perkutan.

Prosedur Pemasangan Ring Jantung Melalui PCI

Percutaneous coronary intervention (PCI)/ Intervensi Koroner Perkutan merupakan metode penyalamatan jantung non bedah untuk memasukkan ring jantung melalui kateter guna melebarkan aliran darah yang tersumbat. Metode PCI juga biasa dikenal dengan istilah angioplasti.

Karena PCI adalah metode non bedah dan minim invasif, prosedurnya hanya melibatkan kateterisasi, yaitu memasukkan selang kateter melalui pembuluh darah menuju titik terjadinya sumbatan. Biasanya, dokter akan menggunakan flouroskopi, semacam kamera makro yang ikut dimasukan ke dalam pembuluh darah, untuk membantu menemukan sumber sumbatan.

Selang kateter yang dimasukkan memiliki ujung seperti balon yang akan “menggelembung” di tempat sumbatan. Ketika balon kateter sudah menggelembung, seluruh plak akan terdorong ke dinding pembuluh darah dan melebarkan kembali jalur darah. Bersamaan dengan penempatan balon tersebut, ring jantung pun akan terpasang otomatis.

Ring jantung terbuat dari kumparan logam yang sangat kecil. Ketika balon sudah berhasil melebarkan pembuluh darah, ring jantung akan dipasang di titik tersebut dan menahan bentuk pembuluh darah agar alirannya tetap lancar.

Karena ring jantung adalah benda asing yang dipasang di dalam jaringan tubuh, akan ada kemungkinan terbentuknya jaringan parut. Untuk menghindari ini, biasanya ring jantung akan dilapisi dengan obat khusus sehingga jaringan parut tidak terbentuk. Ring jantung seperti ini disebut dengan drug eluting stents (DES).

Ring jantung memiliki karakteristik berbeda-beda seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kedokteran. Terobosan terbaru dalam evolusi ring jantung adalah teknologi bioadaptor. Ring jantung bioadaptor adalah ring jantung DES pertama di dunia yang mampu beradaptasi terhadap fisiologi pembuluh darah pasien.

Ring jantung bioadaptor terbuat dari lapisan polimer yang bioresorbable, yang artinya karakteristik utama dari ring jantung jenis ini adalah kemampuannya untuk terserap menyeluruh oleh jaringan pembuluh darah dalam waktu tiga hingga enam bulan setelah pemasangan melalui PCI. Setelah melebur dengan jaringan pembuluh darah, ring jantung ini memungkinkan arteri untuk membengkok secara natural, lega dan tidak kaku.

Kelebihan Ring Jantung

Kelebihan dari pemasangan ring jantung terutama pada pasien penderita jantung koroner di antaranya:

  • Dilakukan melalui prosedur PCI, prosedur non bedah minim invasif yang bisa menjadi alternatif dari CABG
  • Memiliki efek jangka panjang untuk mempertahankan aliran darah dengan baik
  • Mengurangi riisko terkena strkoe
  • Meningkatkan fungsi organ, termasuk ginjal
  • Opsi penyelamat hidup dalam situasi urgensi seperti serangan jantung
  • Waktu pemulihan lebih cepat karena prosedurnya non-bedah

Kekurangan Ring Jantung

Dengan semua manfaat di atas, pemasangan ring jantung bisa jadi prosedur yang tepat untuk penyumbatan pembuluh darah. Namun, sama halnya seperti prosedur medis lainnya, pemasangan ring jantungpun memiliki kemungkinan risiko komplikasi, termasuk di antaranya:

  • Kemungkinan reaksi alergi terhadap material ring jantung
  • Kemungkinan terjadinya pembekuan darah pada ring jantung
  • Masalah kerusakan pembuluh darah
  • Pembentukan jaringan parut di sekitar ring jantung
  • Efek samping dari lapisan obat di ring jantung

Kesimpulan

Pada akhirnya, prosedur bypass dan ring jantung bioadaptor adalah dua metode untuk mengatasi masalah jantung. Keduanya memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing, dan keputusan harus dibuat berdasarkan kondisi pasien dan ketersediaan fasilitas medis yang tepat. Namun, dengan mengikuti instruksi dokter dan melakukan perubahan gaya hidup yang sehat, pasien dapat memaksimalkan kesuksesan prosedur dan meminimalkan risiko masalah jantung di masa depan.

Perlu diingat bahwa sangat penting bagi pasien untuk mengikuti instruksi dokter secara ketat dan menjalani program pemulihan yang direkomendasikan untuk memaksimalkan kesuksesan prosedur.

 

Referensi:

Farkouh ME, Sharma SK, Tomey MI, et al. Chapter 44: Coronary artery bypass grafting and percutaneous interventions in stable ischemic heart disease. (https://accesscardiology-mhmedical-com.ccmain.ohionet.org/content.aspx?sectionid=176557150&bookid=2046&Resultclick=2#1161730902) In: Fuster V, Harrington RA, Narula J, Eapen ZJ. eds. Hurst’s The Heart, 14e. McGraw Hill; 2017.

Melly L, Torregrossa G, Lee T, et al. Fifty years of coronary artery bypass grafting. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5906252/) J Thorac Dis. 2018;10(3):1960-1967.

Huntington Heart Center. (2019). The Pros and Cons of Stenting (https://www.huntingtonheartcenter.com/the-pros-and-cons-of-stenting/)